Sabtu, 21 Juli 2012

LEADERSHIP BERDASARKAN SURI TAULADAN RASULULLAH SAW


Banyak orang memandang pemimpin itu sebagai jabatan yang menyenangkan. Anggapan itu berdasar perspektif mereka bahwa “kalau kita menjadi pemimpin semuanya terserah kita”. Hal itu tentu menjadi keinginan setiap manusia. Betapa indahnya memimpin! Sesempit itukah wawasan anda! Coba kita memandang dari sudut yang lebih luas. Apakah pemimpin kerjanya hanya mengatur? Bagaiman kondisi yang diatur? Mau dibawa kemana setiap hal yang kita pimpin? Banyak sekali pertanyaan yang tentunya menjadi tanggung jawab seorang pemimpin. Kita ambil contoh kepemimpinan yang ada di negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurunya integritas pemimpin di Indonesia menjadikan obyek dari subyektivitas kepemimpinan mengalami degradasi, tebukti dengan semakin hancurnya moral Bangsa Indonesia. Korupsi, pornografi, pornoaksi, narkoba, dan banyak lainya semakin merajalela di Indonesia. Krisis keteladanan dari pemimpin kita bahkan kita (orang yang dipimpin) yang menjadikan korelasi antara pemimpin dan yang dipimpin tidak bersatu. Mengetahui hal itu tentunya kita mulai bertanya. Siapakah manusia yang patut untuk kita jadikan teladan dan diharapkan suri tauladanya dapat growing up kepemimpinan di Indonesia? Tak lain dan tak bukan manusia itu adalah Nabi Muhammad Saw.
Sosok Nabi Muhammad Saw memberi sesuatu yang patut untuk diteladani oleh semua umat manusia. Suri tauladan yang diberikan beliau kepada kita mencakup semua spektrum kehidupan. Rumah tangga membutuhkan ayah yang penuh perhatian, perusahaan membutuhkan pebisnis yang kompeten dan percaya diri, dunia pendidikan membutuhkan pendidik yang pinter ngomong. Dari pernyataan di atas, teladan kepemimpinan itu sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah Saw karena beliau adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven.
Rasulullah Saw adalah pemimpin yang holistic (menyeluruh). Beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang, diantaranya: self development, bisnis dan kewirausahaan, kehidupan rumah tangga yang harmonis, tatanan masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, sistem hukum yang berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta memastikan keamanan dan perlindungan warga negara. Rasulullah adalah pemimpin yang accepted (diterima) dan proven (terbukti). Kepemimpinan Rasulullah diakui lebih dari 1,3 miliyar oleh setiap manusia. Hingga sampai saat inipun kepemimpinan beliau sudah terbukti dan masih relevan untuk dipakai.
Teladan kepemimpinan Rasulullah Saw tercermin ketika beliau masih kecil hingga beranjak dewasa. Dalam perjalanan kepemimpinan Rasulullah Saw, beliau selalu memberi teladan kepada sahabat baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dr. Muhamad Syafi’I Antonio dalam bukunya Muhammad Saw The Super Leader Super Manager menyebutkan bahwa self leadership merupakan dasar dari segala bentuk kepemimpinan. Tanpa adanya kepemimpinan diri dengan baik, sebuah kepemimpinan mustahil terealisasi. Pada giliranya, memimpin diri sendiri berarti mengembangkan kemampuan dan proses untuk mengalami tingkat self identity (pengenalan diri) yang lebih tinggi, melebihi tingkat ego reaktif. Hal ini memfasilitasi perjalanan dari reactive constraints (batas reaktif) ke keberanian untuk proaktif dan pada akhirnya membawa pada kesadaran reaktif. Suatu sintesa antara kecerdasan intelektual, intuitif, dan emosi. Dengan demikian memungkingkan seseorang untuk mampu mengelola hubungan dengan orang lain, peristiwa, dan gagasan yang merupakan esensi dari leadership.
Dalam usaha meningkatkan kepemimpinan diri tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasti ada pelbagai macam kendala yang membuat sulitnya tercapai kepemimpinan diri yang baik. Dua diantara pelbagai macam kendala tersebut, yaitu: hawa nafsu dan disiplin diri. Setelah Perang Badar Al-kubro Nabi Muhammad Saw pernah berpesan kepada sahabat bahwa perang yang paling besar ialah perang melawan hawa nafsu. Sulitnya memerangi hawa nafsu membuat kita terlena akan kenikmatan dunia. Ketika kita dikuasai nafsu,penguasaan akan diri akan sulit dikendalikan. Perlu tindakan lebih serius dalam mencegah hawa nafsu kita. Lebih-lebih tindakan yang dilakukan dari dalam diri kita sendiri, misalnya: mengerti yang baik dan buruk, menumbuhkan motivasi, berfikir kedepan, dan sebagainya. Sehingga diri kita tidak dikendalikan nafsu tapi kitalah yang mengendalikan nafsu.
Self discipline tentu menjadi perhatian kedua setelah hawa nafsu. Self discipline merupakan menegakkan disiplin atas diri pribadi. Kendornya Self discipline tidak lain karena aktivitas itu hanya berkaitan dengan dirinya sendiri tanpa melibatkan orang lain. Seringnya memaafkan diri sendiri memacu terjadinya ketidakdisiplinan diri. Beda halnya ketika orang lain melakukan pelanggaran akan disiplin, tentunya sulit bagi kita untuk memaafkan orang tersebut bahkan memungkinkan untuk memberi hukuman kepada mereka yang melanggar. Oleh karena itu kegiatan memaafkan diri sendiri perlu ditiadakan dan semangat akan kedisiplinan perlu ditingkatkan.
Dari pelbagai uraian diatas, kesemua suri tauladan itu terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw. Permasalahan dari pelbagai kepemimpianan bisa kita selesaikan dengan meneladani beliau. Kurangnya mengenal profil Rasulullah Saw menjadi kendala bagi kita, umat islam atau non islam, dalam mengembangkan kepemimpinan. Maka dari itu, kenalilah sosok Nabi Muhammad Saw yang holistik dan aplikasikan suri tauladan beliau dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan uraian diatas membuat kita terpacu untuk lebih mengenal beliau demi meningkatkan jiwa kepemimpinan kita.
Amin.

(Sumber : Abdullah Arif Kurnia)

0 komentar:

Posting Komentar

.
.
.

.

.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes